Pengumuman


Bila tulisan yang Anda cari tidak ada di sini, coba kunjungi santai2008.wordpress.com

Senin, 23 Maret 2009

Tasseografi: Ramalan Daun Teh

Biasanya teh dikonsumsi sebagai minuman segar, penambah gairah, atau membantu pencernaan. Banyak penelitian medis menunjukkan teh bermanfaat untuk kesehatan. Namun jarang orang mengetahui bahwa sebenarnya teh bisa dijadikan sarana untuk mengetahui peruntungan seseorang.

Membaca daun teh atau tasseografi merupakan bentuk meramal yang populer pada abad lalu. Kemungkinan besar tasseografi berasal dari Tiongkok kuno. Konon masyarakat di sana dulu terbiasa untuk meramal dari lonceng dan cangkir teh yang tak bergagang. Bila dibalik, cangkir tersebut sangat mirip dengan lonceng kecil. Dari situlah cangkir teh dikaitkan dengan ramalan lonceng. Pola yang terbentuk oleh daun teh di dalam cangkir, kemudian dipandang mempunyai arti nujum (Misteri Masa Depan Anda, 1993).

Tasseografi pada abad ke-19 dianggap cara meramal yang paling mudah dan murah. Soalnya, yang dibutuhkan hanyalah sebuah cangkir dan beberapa lembar daun teh basah bekas menyeduh teh. Jadi tidak perlu biaya karena ampas teh itu memang untuk dibuang, bukan untuk disimpan.

Dalam buku karangan Albert Cheng, Tong Sing (2001) dikatakan, rantai kejadian yang tidak disadari atau rangkaian sebab-akibat yang menyebabkan beberapa lembar daun teh basah terkumpul di dasar cangkir, sebenarnya tidak ada hubungannya dengan mata rantai kejadian yang menentukan nasib seseorang, termasuk nasib orang yang menggunakan cangkir itu. Jadi pesan mistik yang didapat dari bentuk daun teh di dasar dan sisi cangkir hanyalah hasil dari keahlian dan imajinasi si peramal. Karena itu, kata Cheng, tasseografi haruslah dianggap sebagai seni hiburan, lain tidak.

Di awal 2007 tasseografi cukup dikenal di Indonesia, ketika SCTV menayangkan program “Panorama Pagi”. Dalam acara tersebut hadir peramal tasseografi seminggu sekali secara interaktif. Namun setelah program tersebut menghilang, nama tasseografi kembali tenggelam.


Cangkir

Yang dibutuhkan untuk tasseografi hanyalah teh yang daunnya besar, agar mudah dilihat. Juga cangkir putih polos, karena daun teh dan polanya sulit dilihat kalau cangkirnya gelap atau berwarna. Selain itu, cangkir harus mempunyai mulut yang lebar dan tepi yang landai.

Orang yang mau diramal harus minum dari cangkir teh itu dan menyisakan hanya sedikit air teh pada dasar cangkir agar daun teh dapat diputar. Secara tradisional, si penanya memegang gagang cangkir dengan tangan kiri dan memutar daun teh searah jarum jam sebanyak tiga kali. Ini untuk memastikan bahwa sisa cairan mencapai tepi mulut cangkir. Si penanya lalu membalikkan cangkir di atas tatakan dan membiarkannya selama tujuh hitungan.

Setelah ada yang tumpah, cangkir itu dibalikkan lagi dengan gagang menghadap si penanya. Yang pertama dilihat adalah banyak sedikitnya daun teh yang terdapat pada dasar. Bila daunnya banyak, berarti kehidupan akan memuaskan. Daun yang hanya sedikit berarti pribadi yang disiplin dan rapi. Begitulah antara lain cara menafsirkannya.

Sebagian peramal menganggap bahwa peristiwa di masa lalu tampak dari simbol di sebelah kiri gagang, sementara masa mendatang tampak di sebelah kanan. Sedangkan indikasi waktu diperlihatkan oleh posisi vertikal cangkir, dengan peristiwa masa kini tampak dekat tepi mulut dan yang terjadi dalam waktu agak lama tampak dekat bagian bawah.

Banyak tanda dalam tasseografi membutuhkan imajinasi dan intuisi untuk mengartikannya. Misalnya, menurut penelaahan pakar tasseografi kuno, gambar panah kecil menunjukkan “hubungan asmara yang menyenangkan”. Sebaliknya, panah besar berarti “hubungan asmara yang luar biasa”.

Bagaimana bila orang tidak suka teh? Tentu saja boleh dipakai sarana lain, misalnya kopi. Bahkan, masyarakat Romawi pernah menggunakan ampas dari minuman anggur mereka.

Ada pula yang memakai cara-cara lain untuk menghasilkan simbol-simbol yang mirip daun teh. Sekitar abad ke-19 kaleng atau tembaga dilelehkan dan diteteskan ke dalam air dingin untuk menghasilkan bentuk tertentu. Cara ini disebut molybdomancy.

Alternatif yang lebih aman dari logam adalah lilin. Pada ceromancy lilin yang dilelehkan dibiarkan menetes pada piring datar berisi air dingin. Kemudian dari bentuk-bentuk yang dihasilkan itu dibuatkan ramalan. Ceromancy sangat populer pada abad ke-18, terutama di saat surat-surat direkatkan dengan lilin.

Memang, tasseografi dan sejenisnya sering kali membingungkan karena gambar atau simbol yang meragukan. Untuk itu, dibutuhkan akal dan kreativitas. Di mancanegara ramalan tasseografi cukup populer hingga kini.***

Djulianto Susantio
Pemerhati Seni Oriental, di Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ramal Jodoh

Tip Palmistri

Shio Anda

KONTAK SAYA

Your Name :
Your Email :
Subject :
Message :
Image (case-sensitive):