Oleh: DJULIANTO SUSANTIO
Pemilu legislatif baru saja usai. Meskipun penghitungan suara secara resmi belum diumumkan oleh KPU, namun dari hasil “quick count” oleh sejumlah lembaga survei, telah diketahui bahwa pemenangnya adalah Partai Demokrat. Partai inilah yang mengusung SBY menjadi presiden pada pemilu 2004 lalu.
Apakah pada pemilu 2009 ini Partai Demokrat akan mengusung kembali SBY menjadi presiden, jawabannya adalah pasti. Ini terlihat dari kampanye yang mereka lontarkan tentang keberhasilan SBY memberantas korupsi, menekan jumlah kemiskinan, meningkatan pendidikan, dan memperluas lapangan kerja.
Banyak orang memprediksi SBY akan menjadi presiden lagi, termasuk oleh peramal kondang Mama Lauren. Dia mengatakan presiden mendatang adalah orang yang berbadan tinggi besar. Hal ini tentu klop dengan fisik SBY.
Dari analisis fisiognomi atau pengetahuan membaca wajah dan tubuh, memang SBY memiliki tanda-tanda takdir untuk menjadi “orang besar”. Takdir adalah sesuatu yang tidak bisa dilawan. Berbeda dengan nasib yang bisa diperbaiki kalau kita bekerja keras dan ada faktor keberuntungan.
“Fa ling”
Umumnya, penganalisisan wajah yang akurat meliputi kelima indera utama, yakni mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit. Namun untuk hal-hal tertentu kita cukup melihat lipatan wajah atau kerutan yang berawal di sisi hidung berjalan menuju (sudut) mulut, bahkan ada yang menuju ke sekitar dagu. Dalam fisiognomi Tiongkok, kerutan itu disebut fa ling.
Fa ling lebih mudah terlihat pada pria daripada wanita. Ajaran Feng Shui Tubuh mengatakan pria di atas usia 30 yang tidak menampakkan fa ling, tidak akan mencapai umur panjang. Normalnya, garis ini harus terbuka, terlihat dengan jelas, dan melalui sudut mulut. Tipe kerutan ini merupakan tanda kehidupan yang panjang dan sehat (Body Feng Shui, 2003).
Selain mengindikasikan kesehatan dan umur, fa ling sering menjadi pertimbangan peramal-peramal Tiongkok purba untuk mengetahui status sosial seseorang, termasuk apakah dia bakal menjadi penguasa (kaisar) atau tidak. Sesungguhnya, tidak ada fa ling yang positif dan negatif karena setiap fa ling memiliki karakter tersendiri.
Konon sejumlah kaisar Tiongkok memiliki fa ling yang menyebar dalam lengkungan yang lebar dari sisi hidung dan berjarak dari sudut mulut. Umumnya, kaisar Tiongkok yang memiliki fa ling demikian, sukses menjalankan tugas kenegaraan (lihat gambar 1).
Dari hasil riset pakar-pakar fisiognomi Tiongkok purba, mereka yang memiliki fa ling demikian memang selalu sukses sebagai kaisar. Namun tidak dikatakan sebagai kaisar secara “to the point” melainkan secara tersamar demikian, “mungkin akan sukses dan terkenal, khususnya dalam bidang kreatif, perdagangan, atau adminsitratif” (Seni Membaca Wajah dan Garis Tangan, hal. 122). Kita sendiri yang harus menafsirkan kalimat tersebut.
Pemilik fa ling seperti itu juga diyakini oleh pakar-pakar fisiognomi Barat dapat menjadi pemimpin yang cakap, baik sebagai perdana menteri maupun kepala negara (lihat gambar 2).
Dikatakan orang dengan fa ling demikian akan memiliki kemampuan luar biasa dalam mengombinasikan pemahamannya tentang praktik-praktik bisnis dengan pekerjaan yang sifatnya artistik. Apalagi bentuk dagunya kuat (persegi atau membundar dan menonjol) dan apabila tatapannya berwibawa, maka dia berpotensi untuk menduduki posisi puncak (Membaca Karakter Lewat Wajah, 1997).
Di negara kita pemimpin yang memiliki fa ling mirip seperti itu adalah Presiden SBY. Selain dagunya kuat, suara dan intonasinya bagus. Suara atau nada bicara adalah syarat lain yang dikenal dalam fisiognomi.
Kita tidak tahu apakah SBY sudah diramalkan bakal menjadi presiden sejak bayi atau belum. Tapi itulah perjalanan nasib dan takdir SBY.
Ribuan tahun
Dulu di Tiongkok purba, para orang tua hampir selalu membawa bayi yang baru dilahirkan kepada para peramal. Pada dasarnya, mereka ingin mengetahui apa yang bakal terjadi dengan masa depan anak-anak mereka. Suatu hal yang mungkin juga diinginkan oleh sebagian besar orang pada masa sekarang.
Bangsa Tiongkok yakin kalau kepribadian dan peruntungan seseorang dapat dibaca dari wajah, selain dari data kelahiran dan garis tangan. Banyaknya ungkapan Tiongkok seperti “dia bermata licik, dia berwajah kejam, atau dia bertelinga nakal”, tentulah menunjukkan bahwa ilmu membaca wajah bukan hanya sekadar cerita yang tidak memiliki kebenaran sedikit pun.
Selama ribuan tahun bangsa Tiongkok ternyata telah mengembangkan salah satu sistem paling komprehensif dalam membaca peruntungan pada wajah orang-orang di mana saja. Menurut buku-buku sejarah Tiongkok, siapa yang bakal menjadi kaisar justru sudah lebih dulu diketahui para peramal dan orang tua mereka sejak bayi masih berusia beberapa hari. Para kaisar sendiri sering menggunakan metode ini untuk memahami sifat, karakter, dan masa depan para pembantunya. Di Barat ilmu ini dikembangkan menjadi fisiognomi, gabungan dari kata fisiologi dan anatomi.
Dipercaya, masing-masing roman muka, garis, dan bentuknya memiliki makna yang memengaruhi karakter dan peruntungan seseorang di masa kini atau di masa depan. Karena dulu Tiongkok selalu didominasi pria, maka ketika pertama kali fisiognomi dipraktekkan, banyak dari pembacaan nasib pada mulanya hanya ditujukan untuk kaum pria. Baru kemudian fisiognomi Tiongkok dikembangkan untuk para pria dan wanita dari segala ras (Seni Membaca Wajah dan Garis Tangan, 2002).
Sebenarnya, fisiognomi Tiongkok merupakan ungkapan praktis tentang gagasan-gagasan yang ditemukan di seluruh praktek keagamaan dan filsafat. Konsep ini dalam penilaian tersebut adalah bahwa tubuh itu merupakan mikrokosmos alam semesta. Artinya, semua yang ada dapat diketahui melalui cerminan tubuh seseorang. Jadi lebih luas daripada sekadar mengamati wajah.
Dibandingkan metode peramalan lainnya, membaca atau menganalisis wajah tidaklah rumit. Artinya, kita cukup melihat wajah seseorang secara langsung, melalui televisi, atau melalui foto/gambar, tanpa perlu meminta izin kepada yang bersangkutan. Seperti sekarang ini orang boleh melihat wajah SBY lewat televisi, internet atau media lainnya kapan pun dan di mana pun.***
DJULIANTO SUSANTIO
Pemerhati Fisiognomi, tinggal di Jakarta
Pemerhati Fisiognomi, tinggal di Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar